Selasa, 30 April 2013

SEPAK BOLA DI TANAH PAPUA


Sepak Bola merupakan olahraga baru bagi Bangsa Papua yang diperkenalkan oleh para Zendeling lewat sekolah peradaban. Sejak tahun 1917 dibuka Sekolah oleh zending di Kwawi, Joka 1946 dan ODO di Serui 1948 anak-anak pribumi terus di didik agar menjadi generasi yang berguna bagi kampong halamannya. Pada tahun 1925 DS Izaak Samuel Kijne yang dikenal sebagai Rasul Bangsa Papua mengajar dan mendidik anak-anak pribumi yang diseleksi dari dari kampung-kampung untuk di sekolahkan menjadi guru di Miei Teluk Wondama. Dalam pendidikan guru inilah embrio sepak bola modern lahir, dan salah satu putra Papua pertama yang tercatat sebagai penjaga gawang adalah Guru Gustaf Adolf Lanta. Miei inilah tempat yang menjadi pusat sepak bola modern. Setelah tamat guru-guru kembali ke Kampung halaman dan tempat tugas diseluruh Tanah Papua, bola kaki salah satu olah raga yang diperkenalkan. Selama pemerintahan Belanda, sepak bola hanya bermain di tingkat lokal, khususnya di dan sekitar ibukota Hollandia, didirikan pada tahun 1910 dan saat ini (sejak perayaan ulang tahun keseratus pada tahun 2010) resmi disebut Pelabuhan Numbay setelah nama perubahan sementara untuk Sukarnopura (1963-1968) dan Jayapura (1968-2010, nama ini masih banyak digunakan). Hollandia adalah rumah bagi dua asosiasi sepak bola, mengatur kompetisi mereka sendiri, yaitu VHO (Voetbalbond Hollandia en Omstreken, didirikan pada tahun 1950), yang pada awalnya dibatasi untuk orang Eropa dan keturunan mereka, dan VBH (Voetbal Obligasi Hollandia, didirikan pada tahun 1949), di mana penduduk setempat memiliki tempat (di tahun kemudian, Papua juga memperoleh akses ke VHO). Sejak musim 1959, top-3 dari kedua federasi bermain off untuk judul kota, sampai dua federasi bergabung untuk membentuk tingkat atas terpadu (EDH, Ere Divisie Hollandia) di musim 1962.

VOETBAL BOND HOLLANDIA (VBH)
Sejak tanggal 20 bulan Mei tahun 1956 di Hollandia-Nieuw Guinea (Kini Jayapura Papua) telah terbentuk club sepak bola yang VBH yadng terselenggara secara baik oleh pengurus, maka terjaringlah pemain-pemain bertalenta dari beberapa club sepak bola di Hollandia saat itu, antara lain : Mr.Karel Pahalerang (C) dari Club Ajapo I Sentani; Mr.Lamberth Rumbiak, dari Club DVG (: Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia);Mr Theo Daat dari Club MVV/PMS (Missie Voetbal Vereniging) Perhipunan Kesebelasan Misi Katolik; Mr.Zadrak Rumayom dari Club DVG (: Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Darius Sokoy dari Club Hobong Sentani; Mr.Zakeus Dwaa dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja; Mr.Christian Suamburaro dari Club DVG (: Dienst van Gezondheidzorg (Dinas Kesehatan Hollandia); Mr.Dominggus Waweyai dari Club MVV/PMS (Missie Voetbal Vereniging) Perhipunan Kesebelasan Misi Katolik; Mr.Benyamin Yocku, dari Club Pelikan (PMS & ST) Kotaraja; Mr.Jesaya Mandowen, dari Club Perhubungan Sentani: Mr.Ayub Awi dari Club LON (Latihan Olahraga Nafri); Mr.Jaconias Deda dari Club Ajapo I Sentani; Mr.Lewi Felle dari Club Yobe Sentani dan Mr.Stevanus Epaa dari Club Ajapo I Sentani. Setiap tahun manajemen VBH  kompetisi secara professional di Stadion Sepak Bola Emereuw AB Nibi atau Ratu Juliana di Hollandia-Binnen (Kini Lapangan Trikora Abepura) oleh pengurus dengan disiplin, teliti dan tegas. Manajemen VBH pada saat itu, antara lain : Mr. S.A Abbas, Mr.Stobbe, Mr.Markus W. Kasiepo, Mr.Lodwijk Ajamiseba, Mr.Prins, Mr.Jan P. Wali Kalembulu, Mr.Wellem Inuri, Mr.Uria Olua, Mr.Derek Mauri, Mr. A.Rumpaisum dan Mr.Silas Mofu.

Kesebelasan Liga VBH
Liga VBH 1950-an dan awal 1960-an mencakup beberapa kesebelasan di Hollandia dan sekitarnya. 
Pertama, KSM: Kami Suku Mebri (dari Sentani), Hollandia. Kedua, LOS: Latihan Olahraga Sentani, Hollandia. Ketiga, LON: Latihan Olahraga Nafri, Hollandia. Keempat, SPS: Serikat Pemuda Supiori (pemainnya perantau dari pulau Supiori di Biak, tinggal di Hollandia). Kelima, DVG . Keenam, Juliana: Kesebelasan OSIBA (Opleiding School voor Inheemse Bestuurs Ambtenaren: Sekolah Pamong Praja untuk Orang Pribumi) di Hollandia Binnen. (Juliana adalah nama Ratu Belanda yang memerintah pada zaman NNG dan sesudahnya. Gedung OSIBA kemudian dipakai menjadi suatu bagian dari Universitas Negeri Cenderawasih, Jayapura.)
Sejak terbentuknya VBH, manajemen telah memprogramkan Tour Eropa. Pada tahun 1961 sampai 1962 Voetbal Bond Hollandia (VBH) dinyatakan masuk Group Sepak Bola Kawasan Pasifik. Pada tahun 1960 Voetbal Bond Hollandia (VBH) bertanding lawan Team Sepak Bola Papua New Guinea (PNG) yang datang ke Hollandia dalam rangka persiapan “Pasifik Games” di Suva Fiji. Dalam pertandiangan tersebut dimenangkan oleh VBH dengan skor telak 6 – 1. Kekalahan ini kemudian membuat Team Sepak Bola PNG yang merasa tidak puas dengan mengundang VBH untuk bertanding di Port Moresby dalam rangka mempringati 70 tahun Pemerintahan Australia di Papua New Guinea. Dalam pertandingan balasan ke PNG pun kembali lagi Voetbal Bond Hollandia menang dengan skors 3 – 1. Perkembangan Club VBH pada saat itu disebut Club terkuat dan disegani dikawasan Pasifik, ucap Mr.Abbas yang berdarah Yahudi. Terjadwal sebagai rencana dan ujicoba bertanding ke Suva-Fiji, kemudian ke Eropa dalam rangkaian mengikuti “Turnamen Piala Eropa tahun 1964”. Bila sukses di Eropa maka VBH mentargetkan mengikuti Sepak Bola Piala Dunia, demikian ucapan Mr.Abbas yang memotivasi para pemain saat itu dengan kaptennya Mr.Karel Pehelerang. Dalam persiapan menghadapi Pasifik Games tahun 1963 di Suva-Fiji, manajemen VBH datangkan Komisi Teknik Sepak Bola Ajax Amsterdam Belanda di Hollandia Nieuw Guinea untuk melihat langsung kemampuan pemain secara individu maupun team. Komisi Teknik Ajax Asterdam Belanda menilai bahwa Voetbal Bond Hollandia (VBH) memiliki kemampuan pemain yang sangat bagus dan dari hasil pengamatan tersebut oleh beberapa club Sepak bola di Belanda dengan mengajukan permintaan ke  manajemen VBH untuk mengkotrakan beberapa pemain, yakni Mr.Karel Pehelerang dan Mr.Theo Daat ke Club Ajax Asterdam dan Dominggus Waweyai ke Club PSV Eindhoven ke Negeri Belanda, namun karena situasi politik pada saat itu. Manajemen VBH (Mr.Abbas) mendapat kabar bahwa semua rencana gagal karena suhu politik Belanda dan Indonesia semaking panas dan menegangkan karena masalah “Tanah Nieuw Guinea” (West Papua) yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat United Nations Temporary Exsecutive Authority (UNTEA). Berita ini sangat memilukan manajemen dan pengurus Voetbal Bond Hollandia (VBH) terutama hati para pemain demikian ucapan captain Mr.Karel Pehelerang. Sekilas kenangan VBH masa lalu zaman Belanda sejak terbentuknya 20 Mei 1956. Mengenang Voetbal Bond Hollandia masa lampau berarti mengabdi Persipura masa depan. “Wie is dat en Waar si het”?
Dari uraian diatas inilah kiranya dapat menjadi masukan kepada semua pihak yang mencintai PERSIPURA sebagai pemersatu dan perekat yang hakiki. Sebagaimana yang di katakana Bapak Ketua Umum Persipura Jayapura dapat di benarkan dengan memakai nama dari Kota Baru berubah menjadi Soekarnopura dan terus mengalami perubahan nama pada bulan Oktober tahun 1965 menjadi Jayapura sehingga disingkat PERSIPURA (Persatuan Sepak Bola Indonesia Jayapura). Apa yang dikatakan oleh Ketua Umum dibenarkan oleh mantan kaptein Voetbal Bond Hollandia alma,rhum Karel Pehelerang. Begitupun yang dikemukakan oleh Bapak Gasper Sibi dan Bapak Pdt Mesak Koibur yang disebutkan dalam rapat tanggal 25 Mei 1965 di Mess GKI di Tanah Papua APO Jayapura. Kepada semua pihak diharapkan dapat duduk bersama dalam sebuah diskusi atau seminar untuk menyatukan persepsi.
(Disarikan oleh : Hanggua Rudi Mebri - Ketua Dewan Pemuda Adat Port Numbay)

1 komentar: